Senin, 04 Januari 2010

POTENSI AKAL SARANA MENGGALI KEINDAHAN KARYA SENI

UNTUK MENCAPAI DI RIDHO ALLAH SWT.

Dari beberapa sudut pandang tentang keindahan dalam karya seni atau kesenian, baiklah kita melihat kembali , bahkan setiap detik, setiap menit gerak atau prilaku diri kita sendiri atau sesama kita, maaf pada tulisan ini saya tidak membicarakan prihal prilaku Hewan, prilaku manusia dapat disebut Humaniora, baik persoalan diri sendiri maupun sesamanya, alam ruang tempat serta persolan diri dengan tuhannya (Ilahiah) artinya sudah benarkan pembenaran kehidupan dalam berprilaku mengujudkan keindahan, baik lewat potensi akal – budi, budi – daya, atau potensi indrawi saling terkait, seimbang dan dinamis.

Prilaku manusia memang persoalannya menjadi rumit, kalau benda - benda alam, termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan berkembang dan bergerak secara stabil dan konstan. Tidak demikian halnya pada manusia. Pada manusia, gerakan dan perkebangan Prilaku jestru labil tetapi tidak menentu, sejak lahir, manusia belum terkondisikan. Ia terus mencari menyesuaikan dengan kondisi alam lingkungannya, Manusia selalu mencari Pengalaman pengalaman sehingga tujuan dapat tercapai, Sukses, Bahagia sudah barang tentu kesuksesan dan kebahagian yang di dapat benar benar membawa manfaat baik terhadap dirinya maupun sesamanya (Keluarga Lingkungan masyarakatnya ).

Pencaharian-pencaharian itu tadilah manusia dengan pengalaman, pikiran, dan kemauannya untuk terdidik bisa mempertahankan untuk mengembangkan hidup dan kehidupannya, kemauan terus berkembang mengikuti Spirit, indrawi bergerak terus mengembangkan Ide – ide yang baik yang bersumber dari Imperis (Pengalaman luar) maupun pengalaman bathin, daya cipta, nurani, landasan hukum kepercayaan keimanan dan karsanya yang terpadu secara utuh bergerak secara dinamis kearah satu titik yaitu Keberhasilan/ kesuksesan berdasar Penguasaan pengalaman.

Dari sinilah kita mendapat suatu pandangan bahwa, Keindahan di dalam Prilaku manusia terdapat pada Keberhasilan berkarya yang membawa manfaat terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat banyak berdasar PENGUASAAN PENGALAMAN sehingga menjadi BUDAYA bersama. Pengusaan Hukum mutlak (sumber dari Agama), bathin, nurani dan daya cipta intensitasnya berdasar Keimanan yang dianut oleh manusia itu sendiri, artinya setiap Karya, Karsa tidak berlandasan Ilahiah maka Keindahan pasti tidak akan terwujud karena tidak memberikan manfaat pada masyarakat lainnya maupun terhadap dirinya sendiri.

Intensitas dalam perilaku manusia khususnya yang berkeyakinan agama Islam mereka wajib berdasar Innalillahi Wainnailaillahi Rajiun, setiap apapun di alam ini datangnya dari Tuhan Azali (Allah SWT) dan setiap apapun kembali kepada Tuhan Azali (Allah SWT) Artinya meimplementasikan karyanya tujuannya adalah ilahiyah (Syiar, dakwah, kemaslatan yang mengandung ibadah ). Memang ada beberapa pakar seni budaya Islami di Indonesia berpendapat bahwa masyarakat islam Indonesia sekarang ini dalam ragu dan bimbang, saling bertanya dan menerka , Apakah seni dan budaya ini dan itu sudah dalam Pembenaran menurut hukum/ aqidah Agama atau Norma–norma Budaya Bangsa, jadi keindahan harus berdasar Landasan Ilahiah, namun Landasan Ilahiah mengandung beberapa komponen:

*Komponen Keagamaan yang serba relegi yang mencerminkan Rasa takut dan rasa percaya diri terhadap hal-hal yang di larang atau hal-hal yang dihalalkan (dibenarkan oleh agama dan hukum negara).

* Komponen Kepercayaan/ keyakinan yang merupakan hasil olah Pikir/ Indrawi serta gagasan manusia yang berkenan dengan keyakinan yang tidak berbenturan dengan aspek historis, aspek lingkungan(Alam-masyarakatnya)dan konsep-konsep Moral yang beradab serta aspek aplikatif hilostis.dan yang terpenting menggali keindahan dalam berkarya problematik/proses dari input ke Output untuk mencapai aplikasi seni tersebut benar - benar di saring secara logical.

Sekarang dimana saja masyarakat mulai sadar bahwa setiap seni yang dilandasi Ilahiah dapat memperbaiki norma kehidupan masyarakat itu sendiri.

Jelas dan tegas bahwa setiap seni dan budaya yang berlandaskan ajaran agama dan tidak berbenturan dengan logical serta norma-norma bangsa, dapat merubah “karakter down” manusia menjadi “karakter full”.

Dan yang sangat jelas dan sangat tegas dalam menilai untuk mencari pembenaran dalam kebenaran Keindahan pertama ujudkan kesadaran diri, kedua jangan terikat oleh referensi –referensi, jangan terbelenggu oleh realita yang dilihat dan yang diteliti, kalau tidak kita filter dengan apa aplikatif realita benda itu, dimana kandungan historisnya benda itu, bagaimana problematif ujud terjadinya benda itu, karena tanyakan Nuranimu saring dengan akalmu (Logical) Nuranimu adalah halifah dalam hidupmu, akal adalah timbangan/mizan ilmu hidupmu,

# Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.#

Maksudnya: setiap kali mereka datang kepada nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata. (QS.Al Furqaan 25 )

(bagian hal 59 :Buku Keindahan Karya Seni di tinjau dari beberapa sudut pandang serta Al'Qur'an dan Hadis Oleh Mudjahidin S.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar