Sabtu, 01 Mei 2010

Penataran peningkatan dan Praktek Tehnik Arransier Maulid Habsyi Tehnik Arransier Qasidah Rebana Se-kota Banjarmasin 2010

PEMBERITAHUAN /PENGUMUMAN

Kepada yth
Semua pimpinan Kelompok
Maulid Habsyi dan Qasidah Rebana
Se-kota Banjarmasin

Assalamualaikum WR.WB

Sehubungan Kelompok Maulidur Rasul ( Habsyi-Barzanzi-Diba’i) dan kelompor Qasidah
Di bawah Wawasan Lembaga Seni Qasidah, untuk ini , Pengurus DPP LASQI Bidang Organisasi akan melaksanakan Penataran Peningkatan kualitas Dan Praktek Tehnik Pukulan Rebana (Tarbang) Habsyi dan Qasidah rebana serta penataran calon dewan juri se Kota Banjarmasin tgl 12 -13 Mei th.2010.
tempat di Taman budaya Kalsel Banjarmasin
Para Penatar adalah yang benar-benar punya wawasan tehnik pukulan Rebana Habsyi dan Rebana Qasidah Serta penatar yang punya wawasan Vocal/Suara Maqam Qasidah, serta punya Wawasan Penampilan serta Busana berdasar aqidah Islami.serta punya wawasan juri nasional
Untuk peserta akan di berikan buku-buku notasi pukulan rebana Habsyi dan Qasidah
Rebana ,buku hukum – hukum seni Budaya berdasar Norma-norma Islam serta bagi peserta tidak dipungut bayaran
Bagi Kelompok Habsyi yang berminat dalam kesempatan yang berharga ini sesegera
Mungkin mendapatarkan kelompoknya kepada Bapak Mudjahidin S /
Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Seni dan Qasidah Indonesia Bidang Organisasi
Jl. Sungai Jingah Rt 18 No.81/26 Kel.Surgi Mufti Banjarmasin
Hp. 081351758183- 05113360288


Syarat- syarat

1.Peserta adalah kelompok Maulidur Rasul ( Habsyi, Barzanzi-Diba’i) dan Goup Qasidah
Rebana Dewasa Putra dan wanita ( 18 – 35 Th) yang berada di Kota Banjarmasin
Terdiri 3 orang dan 1 orang pimpinan group jumlah 4 orang
2 Membawa daftar nama yang kami sediakan serta di isi nama nama peserta
Dari kelompok masing masing atau mendaftar langsung ke sekretarian Panitia
Jl.Sungai Jingah Rt. 18 No. 81/26 Kel. Surgi Mufti Banjarmasin
3 Peserta tidak di pungut Bayaran
3.Waktu pendaftaran sejak edaran ini di edarkan dan di tutup tgl 11 Mei 2010
4.Pelatihan pda tg 12 – 13 Mei 2010 Peserta membawa 3 bj Tarbang/Rebana
pada waktupelatihan Di gedung Taman Budaya Kalsel Banjarmasin.
Panitia Pelaksana
Ketua
Ttd.
Mudjahidin S

Jumat, 26 Februari 2010

DARI ZAMAN MEGALITIK – TANJUNG PURI – CANDI LARAS SAMPAI PANGLIMA BATUR

Oleh : Mudjahidin. S
Pemerhati
Budaya & Kebudayaan


PENDAHULUAN

Tulisan ini sebenarnya sudah diketik sejak tahun 2003 namun tidak saya publikasikan, lagi pula saya perlu menambah bahan bahan dari perjalananan saya ke daerah - daerah luar Kalimantan selatan baru sekarang saya Publikasikan lewat Media ini.

Menyadari, setelah aruh ganal Banua Banjar khusus aspek sosial Budaya, dari beberapa Nara Sumber dengan Naskah yang disampaikan, sampai tanya jawab.

Dari apa yang disampaikan ada hal yang sangat subtansial tapi masih Samar defenisi serta penjelasannya, yaitu tentang orang Banjar (suku Banjar), yang padahal menurut saya perlu dikaji dan diteliti lebih jauh, menurut saya uraiannya belum tuntas dan logikal, dilihat dan didengar pada tanya jawab peserta dengan nara sumber.

Kalau kita amati referensi dari JJ. Ras dan Dr. Mallengrodt sepertinya bermuatan politik pecah beleh etnis antara Melayu Tua dengan Melayu Muda diWilayah Kalimantan Selatan,Khususnya dan perpecahan Agama dengan kepercayaan, menurut saya ini akibat pada peneliti dahulu maupun sekarang tidak mendalamnya penelitian kehidupan perjalanan sejarah masyarakat baik dihulu maupun dipesisir (dibukit dan dipesisir serta dikota) dari zaman dahulu (Hindu), zaman masuknya Islam dan, sekarang.

§ Memang analistik yang tersebut adalah mendefenisikan "Budaya" itu sendiri, karena analis-analis itu perlu, kejelasan konseptual dan keharusan intelektual serta penelitian khomperhensip.

§ Suatu penelitian bersumber dari dongeng/ cerita-cerita bisa dijadikan Hipotesa tetapi sebuah Hipotesa harus disaring kebenarannya dari tinjauan beberapa aspek :

1. Masyarakatnya dan pengembangan budayanya.

2. Alam dan sumbernya serta pengembangan lingkungannya.

3. Agama dan kepercayaannya

4. Bahasa dan dialognya serta perkembangan alamiah bahasa itu sendiri

5. Aspek politis dan pendidikan.

1. Misalnya : saya pernah bertanya kepada salah satu orang Banjar yang berdiam disalah satu Kabupaten di Tenggarong

- Pian urang mana

+ Aku urang Barabai, atau urang Tanjung, atau aku urang Kandangan dsb… dsb

2. Contoh urang Banjar yang berdiam di pesisir Pulau Batam (Riau)

- (bahasa Banjar) Piani urang mana asalnya.(Kalian Orang dari mana)

- Aku alai Kalua,(aku dari kampung Kelua) atau aku alai Negara, atau aku alai Kandangan dsb... ... dsb

(hasil dialog dengan keturunan urang Banjar pada saat saya membina Budaya Islami di Batam).

Artinya jawaban-jawaban yang disampaikan oleh orang-orang tersebut apa dan kenapa tidak langsung menjawab aku Suku Banjar, walaupun kita di Banjar Kalimantan Selatan sendiri menjawabnya mari kita sama-sama mencari apa dan kenapa terjadi?, semoga

3. Contoh di Maluku/Ambon serta Palu (Penulis pernah bertanya dengan orang Banjar disana) pian urang mana/ aku dari Amuntai/ yang padahal orang Amuntai tadi pandai sekali berbahasa daerah sana, seperti orang Amuntai di Muara Muntai di Tenggarong disana ada orang Negara dan Kalua di daerah lain juga tidak pernah mengatakan : aku urang Banjar. Kemudian saya bertanya, kenapa pian kada mengaku urang Banjar, kemudian yang ditanya menjawab tapi bertanya balik -. Nang bangaran orang Banjar yang itu seperti apa tatanananya ( dari aspek apa imtensitas dan krakter yang dinamakan Orang Banjar/Suku Banjar.

4. Penulis terkadang kaget juga mendengar jawaban sekaligus pertanyaan tadi, kemudian saya menjawab kata saya salah satu ciri urang Banjar: bahasa yang kita gunakan ini, jawab mereka kalau inya kada menggunakan bahasa nang kaya kita bapender ini pang(seperti omongan kita ini), contohnya cucuku berbahasa. Kutai dan berbahasa Dayak disini.kalau inya( dia) berbicara budaya Banjar kada tahu inya (tidak mengerti dia), macam apa adat Panganten Banjar macam apa Seni kerajinan Banjar, padahal abah (orang tuanya) dulunya keturunan urang Banjar.

§ Nah, kalau hal-hal seperti Contoh diatas khusus seperti di Muara Muntai tadi bagaimana defenisi urang Banjar diperantauan yang terkadang kurang lebih 90 tahun tidak pulang-pulang ke benuanya (Banjar) Terkadang lupa Jadi apa kampung halamannya sekarang ?

§ Lalu bagaimana yang.berada diwilayah Kalsel berbahasa bukit/ Dayak.

§ Apakah pengakuan kata sebagai urang Banjar ini merupakan Sakral ? bagi masyarakat Kalimantan selatan.

PROSES MASYARAKAT DAN BUDAYANYA ORANG BANJAR

1. Dizaman Megalitik Kalimantan disebut Pulau Phone setelah kedatangan suku Yunan/ kelompok mongoloid kurang lebih 900 SM. Yang datang dari negeri Tiongkok Selatan ke Pulau Kalimantan bernama Canchana (kencana) suku inilah cikal bakal nenek moyang suku Dayak di Kalimantan atau disebut juga ras Proto Melayu (Melayu Tua) bentuk badannva sedan,- berkulit kuning dengan kepercayaan Animensme dan Aminisme ( het Adat Recht Van Borneo/Dr.Mallingkrodt 45-48)

2 Salah satu sumber mengatakan di Borneo telah berdiam suku Weddold (cina Kuno) dengan kepercayan Taoisme (alam mempunya kekuatan gaib) mereka datang dari negeri Philipina memasuki sungai Mahakam) Reis Van Kotei Naar/ Carl Bock, Leiden) dan suku ini cikal bakal suku-suku Dayak Kaltim, Kalteng dan Kalsel.

3. Asa beberapa hipotisis para ahli seperti Kern dan Bellawod menunjukkan bahwa suku tertua borneo datang dari Yunan beberapa millennium sebelumnya. Pada tahun 1938 di temukan tengkorak Homo Sapiens yang berumur 38.000 thun di salah satu Gua Niah terletak pantai utara Serawak, tengkorang tersebut sama dengan tengkorak suku dayak Punan dan beberapa suku dayank Pedalaman sekarang (ave 1996:6) dari hipotesis di atas bahwa Kedatang nenek moyang suku di Borneo datang dari Pintu utara Kalimantan

4. Kurang lebih 400 M. di Borneo Timur tepatnya ditepi sungai Mahakam dikampung Tangga Arong (sekarang Tenggarong) berdirilah Kerajaan tertua dengan Rajanya Kadungga setelah Raja Kedua bernama Asmawarman. Kerajaan Kutai ini tambah terkenal sampai ke India Selatan, sehingga saudagar-saudagar Amarawati datang ke Tenggarong, berbulan-bulan mereka disini sambil menunggu angin membawa dagangannya pulang kembali.

4. Dari dongeng lama hidup sekelompok suku Melayu Tua di Negeri Phone (Kalimantan) suku-suku tersebut terdiri dari lima kelompok dipimpin masing-masing lima bersaudara, sudah mempunyai sistem kepemimpinan (taat pada yang tua) kelima bersaudara tersebut konon bernama : Abal (saudara tua) dan keempat saudaranya bernama, Anyan, Aban, Anum, Aju, mereka sangat sakti, bijak dan berwibawa. Negeri yang dibangunnya bernama Nan Marunai/ Nan Sarunai, yang artinya

Marunai = memanggil dengan suara nyaring (keras belagu)

Sarunai = menyaru dengan suara seperti suling.

Nai = artinya seruling bahasa arab lama/ melayu tua

Dahulu dinegeri ini jika memanggil orang (mengumpulkan orang) dengan berteriak (bahalulung : Banjar )) keras suaranya berirama sesuai maksud panggilannya.

Dari cerita suku Dayak Tua, kelima saudara ini titisan dari dewa Batara Babariang Langit, yaitu : titisan Dewa Batahara Sangiang Langit. Batara Babariang Langit kawin dengan. Putri Mahuntup Bulang anak dari Batari Maluja Bulan dan Melahirkan maanyamai, dan Maanyamai beristri dan istrinya melahirkan anak bernama Andung Prasap Konon sangat sakti. Dan membangun Negeri Nan Marunai (Nan Sarunai) kemudian Andung Prasap beristri anak Raja menggaling Langit dan melahirkan kelima saudara tersebut di atas.

Dari kelima saudara tersebut inilah cikal bakal suku-suku Dayak dari Borneo Timur, Tengah, Utara dan Selatan, dari orang tuanya, mereka disuruh mengembara, konon Abal ke daerah Timur, menjadi suku Aba, Anum ke daerah utara menjadi suku Otdanum, Aju menetap ketengah benua, jadi suku Ngaju, sedangkan Anyan keselataan menjadi suku Maanyan. Dan mereka diberi pitua :" Tabu/ dilarang bacakut papadaan apalagi bermusuhan4,karena mereka satu daerah satu nyawa, menurut pitua Nenek Moyang mereka mengatakan (pitua) Terkutuk apabila Bakalahi sata manggungan (Netschr : Agama dan Peradaban Dayak hal 21).

Dari cerita silsilah keturunan dayak tersebut adalah suku weddoid yang sudah berabad-abad mendiami pulau phone ini (Canchana/Borneol Kalimantan) anak tertua yang nomor 2 (dua) bernama Anyan menjadi suku Ma-Anyan melahirkan keturunan : Luwa, pahi, Alai, Wangi, Sari, Aju, Burai, Buun, Kutip, Asih dari kesepuluh anak ini suku Dayak menyebutkan cucu urang 10 (sepuluh) kesepuluh cucu membuka kampung sehingga ada warga luwa sepanjang Kalua sampai kemuara Uya, Ahe menjadi warga Ma-ahe Mahi, Alai di Birayang dalam bukit, wangi menjadi warga Mawangi di Loksado, Sari menjadi warga/ Marga Sari, Aju keterangan menjadi suku Biaju sampai ke Riam Kanan dan Riam Kiwa, Burai menjadi warga, Maburai, Buun menjadi warga Mabuun dan kampung di Warikin, Kutip menjadi warga-Makutip sedangkan Asih menjadi suku Ma-asih kemuara pulau (ujung panti) dan Sungai Baulak (sekarang sebelah Alalak)

Konon dari cucu ke 20 Masari inilah menjadi Raja di Kerajaan Candi Laras/ Margasari sedangkan cucu dari keturunan Asih membangun Bandar di Ujung Panti sekaligus sebagai Kepala Bandar, saat itu. Keturunan ke 27 Asih ini ada yang bernama Masih dan. juga kepala Bandar setelah pangeran. Suriansyah, Masih dapat pangkat patih dan. beragama Islam, patih masih ini ibunya keturunan Ngaju dari Bakumpai.

Adapun Luwa anak tertua dari Anyan' membuka pusat kampung bernama Tanjung puri, Luwa mendirikan Mantir di atas pundan Barundak yaitu sebuah rumah kecil berisi dewa-dewa, adapun dewa yang paling besar dulunya bernama Dewa Kaluwi yang artinya : *KEMAKMURAN DAN KEBARKATAN*, Anak-anak Luwa ada yang suka Berdagang mengembara/ Maddam ke daerah-daerah lain, ada juga yang suka bertani/ berhuma, ada juga suka berkesenian.

Sementara Keturunan Cucu urang 10 (sepuluh) ini cikal bakal Nenek Moyang suku di Kal-Sel ini bahkan ada sebagian di Barito Selatan dan sampai ke Daerah Pasir.

Pada pemerintahan Pangeran Suriansyah penduduk Tanjung puri Banyak yang masuk Agama Islam, sedangkan Dewa Kaluwi konon terletak di Daerah Kalua Sekarang/Banua Lawas.

Dari perjalanan Zaman Nama Kalua ada beberapa versi -:

1. Karena disinilah adanya Dewa Kaluwi hingga menjadi kampung Kalua.

2. KaLuwa adalah asal kampung saudara Tua-Kampung Kaka-Luwa menjadi Kalua.

3. Konon disini banyak tumbuh buah Lua. Wallahhu Wallam.

Dari Hipotesa di atas dapat mengambil subtansi perkembangan suku/ nenek moyang suku Dayak/ Kaltim-Kalteng-Kalsel, dan khusus yang kita bicarakan adalah perkembangan suku di Kalimantan Selatan. Adapun suku Dayak & Bukit sekarang konon Keturunan Priode ke Empat puluh tujuh) wallah walam.

ORANG (Suku) BANJAR

Setelah Raden Samudera menjadi Raja dan berubah nama Sultan Suriansyah :

Sultan Suriansyah memerintah sejak tahun 1526 (setelah penyerahan Tahta Kerajaan oleh Tamenggung/ Marina(Saudara Orang Tua Sultan) karena saat itu suasana tahun perebutan kekuasaan maka Sultan Berpitua : Urang urang nang satia Lawan Diaku baik inya* badiam dihulu/di atas gunung atawa* di hilir/ dikampung lawan inya baik masuk Islam nangkaya Agamaku atawa balum masuk agamaku inya tamasuk Mambanjarku jua ( Membanjar= kelompok / warga)

(Ket. Jum 'at tgl 24 -09-1447 tahun saka ( 1526 M)


Catatan memBanjar diartikan kelompok masyarakat, dari pitua Sultan Surianyah tidak ada istilah membedakan Agama dan Kepercayaan dan membedakan suku serta tempat kediaman jadi kelompok Banjarku adalah orang yang setia dengan Sultan.


· Pada, saat pemindahan pusat pemerintahan ke Kampung Kuin +1527 M.

(Banjarmasin) banyak suku dayak manyan dan Balangan ikut ke Kuin dan diberi nama banyak mereka membuka kampung baru. (seperti sekarang Kampung Basirih).

· Anak Ma anyan yang bernama Masari konon dari cucunya punya buyut(P1) dari buyut tersebut punya buyut lagi (P2)

· Dari buyut priode ke 2 ini punya Buyut lagi (keturunan Ke 20 dari Manyan) memimpin kerajaan Candi Laras Margasari dengan mendirikan Candi Laras lebih kurang tahun 678 M atau tahun 600 Saka Konon Masyarakatnya sudah berbahasa melayu Muda /Kolaborasi Bahasa Jawi Kuno-Malaju)

Emperi serta Wawasan Masyarakat zaman dulu serta perkembangan dan kemajuan kebudayaannya ada beberapa, faktor :

· Faktor sumber daya, alam dan lingkungannya

· Hubungan lalu lintas dengan dunia luar

· Hubungan Komunikasi dan Informasi

· Proses integrasi sehingga mempercepat perubahan-perubahan baik prilaku personality maupun prilaku masyarakat banyak

Dahulu sungai di Kalimantan seperti Sungai Mahakam (Kaltim) Sungai Negara/ Sungai Danau,-Sungai Margasari (Kalsel) dulunya sangat besar konon dapat dilalui perahu-perahu besar, sehingga hubungan lalu lintas air merupakan hubungan perdagangan dari luar, oleh karena, itu hubungan berkomunikasi dan berintegrasi dengan orang luar mempercepat perubahan-perubahan bahasa dan budaya :

Contoh : 1. Kerajaan Kutai ditepi Sungai Mahakam

2.Kerajaan Negara Dipa ditepi Sungai Negara

3.Candi Laras ditepi Sungai Margasari

4.Kerajaan Banjar Kuin ditepi Sungai Kuin Alalak.

Patih Masih dan Raden Samudera,

Konon Masih yang menjadi Patih dizaman Pangeran Suriansyah ini adalah keturunan ke 17 dari moyangnya bernama Ma asih anak Anyan, Masih ini (nama) beribu dari keturunan Ngaju dari Bakumpai pekeriaan kepala Bandar di Ujung Panti, Masih ini tidak mau tunduk dengan kekuasaan Temanggung di Negara Dipa.

Pada suatu subuh hari Masih istirahat di Darmaga melihat sebuah jukung larut terpampang didarmaga, ternyata didalamnya seorang anak berumur kurang lebih 10 tahun tertidur ternyata, anak tersebut adalah anak Mangkubumi pewaris tahta kerajaan oleh masih dipelihara Raden Samadra ini sampai dewasa, selama memelihara Raden Samudra, masih bersama­sama – muhur balit dll. Menyusun kekuatan, membikin tentara, untuk merebut tahta kerajaan ditangan Raden Temanggung, dengan dibantu pasukan Demak dipimpin Adi Pati Dayan (Tokoh Ulama Islam Demak pada zaman Adipati Unus) dengan 50 buah jukung berisi kurang lebih 2500 orang.

orang pasukan (pasukan Masih dan Demak) merebut Tahta kerajaan pasukan dipimpina langsung oleh Raden Samudera dengan mamakai jukung Berbendera Kera Putih.

Catatan : Orang Alalak Kuin ahli bikin Perahu sampai sekarang.

Kuatnya Kekerabatan

Tanpa pertumpahan darah Raden Tamanggung mengakui kesalahan selama ini dan Tahta diserahkan kepada Raden Samudra.

Raden Tamanggung meminta maaf kepada Anaknda Raden Samudra dan konon Tamanggung pergi ke gunung bertobat serta bersomedi.

Adapun Raden Samudra, masuk Islam dan berganti nama Sultan Suriansyah kurang lebih 1526 kurang lebih dua tahun dinegara Dipa, konon sultan Suriansyah bertahta serta berpitua dengan rakyatnya (konon pada suatu hari Raya didepan Rakyat dan Tamunya). Bangaran 5 pitua Sultan

1. Rakyatku dibanua nangini baik badiam dahulu, digunung atawa nang dihilir Agar masuk Agama Islam seperti agamaku;

2. Bagi rakyatku nangkada atawa balum masuk agamaku, tapi inya taat lawan aturan-aturan Pemerintahku inya termasuk kelompok masyarakatku (Banjarku).

3. Rakyatku badiam baik digunung maupun dihilir atawa nang dikampung supaya maulah kadiaman baparak lawan sungai.

4. Bakumpul Saparinduan, dan batutulungn, lawan bahuma-bakabun dicangkali (Dongeng lama)

5. Rakyatku nang bahuma-bakabun, rancaki dibarasihi lawan galangan bajalan, sungai dimandii dibarasihi jangan dirigati(Dikotori) (konon dulunya bahasa dayak ngaju).

Sayang pitua ini tidak tercatat hanya dari dongeng-dongeng dari mulut kemulut dan bahkan bagi peneliti-peneliti orang asing jaman dulu, tetapi walaupun begitu pitua ini mengandung pendidikan serta etika Budaya Paragon.

Dari pitua-pitua tersebut pengertian "Urang Banjar" Raden Suriansyah tidak pernah membedakan tempat, suku, dan kepercayaan/ Agama, berbeda dengan pengertian/Definisi J.J.Ras dan Dr.J.Mally ngkrodt tentang "Urang Banjar".

Memang kita generasi sekarang harus mewaspadal Definisi­definisl tersebut, karena mereka (Belanda) dulunya bukan saja datang berdagang tetapi ingin menjajah dan menguasai banua dengan politik-­politik pecan belahnya.

Pada tahun 1528 M. pusat Pemerintahan Kerajaan oleh Sultan Suriansyah dipindahkan kebanjar dikuin, banyak orang‑orang Dayak dari Tanjung Puri (Tabalong sekarang ikut dengan Sultan ke Baniarmasin mereka berbaur membuka kampung adapula menjadl Pengawal Kerajaan dan lama kelamaan menjadi penduduk Alalak= Basirih dan sekitarnya.serta pesisir mantuil.

Contoh lain dizaman perjuangan pangeran Antasarl banyak Satria-satria Dayak Iban (Keturunan Ma Aban) ikut berjuang bersama Pangeran Antasarl dan bahkan sampai Perjuangan Dt. M. Seman.

Kerajaan ini bukan karena motto : haram Manyarah waja sampai Keputing sja, tetapi ini menyangkut aspek kekerabatan yang dalam yaitu orang Dayak Iban dan Ngaju Manyan merasa lawan Urang Banjar (dayak) diKalsel. Dulunya adalah satu saudara, satu titisan Dewa (lihat dongeng asal mula Dayak Borneo)

Dayak Borneo/ Suku di Kalimantan punya pepatah lama Pantang Babantah Satamangungan (pantang bamusuh seketurunan/sepupu sedarah ).

Candi Laras / Kerajaan Di Margasari

Dari Cerita/Dongeng-dongeng tentang Candi Laras konon telah datang saudagar keling bernama Empu Jatmika dkk beserta kapalnya Prabu Yaksa dan kandas disungai Margasari mereka beristirahat dan kemudian membangun tempat kediaman sementara dengan membikin Batu pemujaan, dan suatu malam Lambung Mangkurat bermimpi bahwa Tanah Harum adalah tempat yang subur dst-dst.

Kalau begitu mari kita bandingkan dengan Bukti-bukti nyata dapat dipercaya keberadaannya atau manakah yang logical.

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Batu Batulis

Patung Budha di Pangkara.

Bukti keberadaan Kerajaan Candi Laras dengan adanya Prasasti-prasasti.

1. Prasasti kedukan Bukit terdapat di Kota Palembang (Sum-Sel) berangka dan tertulis.

Pada tahun 683 M atau 605 tahun Saka, isi tulisan “Daputra yang mengadakan perjalanan suci dengan perahu dari Minanga Tamwam membawa dua laksa tentara (20.000). menuju timur (berhurup Pallawa) prasasti ini ada di Musium Nasional di Jakarta.

2. Prasasti Batu Batulis (Musium Lambung Mangkurat Banjar Baru) berangka dan tertulis hurup Pallawa : Th. 683M/ kurang lebih 606 Saka di abad ke 7, tertulis "Jaya Sidda... yang sebenarnya pecahan lainnya tertulis yatra yang semestinya bertuliskan "Jaya Sidda Yatra" artinya perjalanan Ziarah (perjalanan suci) yang mendapatkan berkah prasasti ini didapat dalam komplek Candi Laras Margasari menurut arkeologi Nasional Prasasti tersebut dari Sriwijaya, jadi bukti tersebut adalah yang pernah datang ke Candi Laras adalah Rombongan Sir Wijaya (utusan Kerajaan) bukan Rombongan Empu Jatmika dengan Perahu Prabu Yaksa. Pada zaman tersebut, bang Empu Jatmika cs setelah jatuhnya raja Kertajaya dari Kediri ± 12 M.

Dari kedua Prasasti itu saling berkaitan dan berinteraksi dengan bukti:

1. Tahun yang sama (Th. 683 M)

2. Subtansinya kedua tulisan dalam prasasti tersebut : perjalan suci dan perjalanan ziarah (Batu Batulis)

3. Keduanya dari Sriwijaya dan berhurup pallawa.

4. Pada batu batulis perjalanan ziarah pada tahun 606 Saka. Tentunya wajar dan kerajaan Sriwijaya (Palembang sekarang) kurang lebih 1 tahun perjalanan ke Hulu Borneo Selatan/ Margasari.

5. Patung Arca Budha di Pangkara mempunyai kekuatan pelindung bagi para pelaut dalam perjalanan di laut (Angkatan laut Sriwijaya)

Dari salah satu sumber bahwa Rombongan Empu Jatmika dari keling, orang Banjar Borneo menamakan Orang Jawa. Majapahit ini dengan sebutan orang keling (P.J. Veth : Klingelsen) atau kerajaan jenggala disebut juga Kalingga orang keling. Rombongan ini kedatangannya pada abad ke 12, artinya jika begitu kerajaan di Margasari (Candi Laras) dibangun oleh suku/ penduduk asli setempat dengan kepercayaan Budha. Lihat patung area Budha dipangkara merupakan ajimat pelindung kepercayaan para pelaut angkatan laut Sriwijaya yang mempunyai kekuatan gaib sebagai pelindung kepercayaan para pelaut angkatan laut Sriwijaya yang mempunyai kekuatan gaib sebagai keselamatan perjalanan di laut (Patung ini dari seni patung Amarawati/ India Selatan, kalau begitu ada apa dengan kerajaan Kutai, apakah ada hubungannya? Wallah walam!

Ataukah ada hubungan antara kerajaan Kutai dan kerajaan Sriwijaya serta kerajaan Candi Laras di Margasari karena ketiga kerajaan ini saling mempengaruhi yaitu :

1. Pengaruh India Selatan/ Amarawati

2. Apakah ketiga kerajaan tersebut sebagai perluasan koloni kerajaan Amarawati.

3. Apakah karena persamaan kepercayaan dan budaya Budha.

Pendekatan Bahan Perbandingan

1. Tahun 1010 M. Karta Negara menguasai Kerajaan Bali - Sunda Can Cahana (Kalimantan).

2. Tahun 990 M. Raja Sri Darmawangsa Teguh menyerang Raja Sri Wijaya dan Kalimantan.

3. Tahun 1040 M. Perang Saudara Raja Jenggala dengan Kediri banyak Patih dan Tentara jenggala menyebrang lari ke Kalimantan, di kerajaan Jenggala dahulunya ada nama Keling.

Catatan :- Apakah ini ada kaitannya dengan cerita masuknya kapal Prabu Yaksa pada abad ke 12)

- Dari sejarah artinya kerajaan candi laras ± abad ke 7 sudah berdiri.

Lintasan Tragic

Dijaman Hindu dan Islam

RuJa-raja Banjar (bahan pemikiran)).

Dari legenda Raja Banjar Zaman Hindu untuk membangun kerajaan bermula sudah Bapalas dibunuhnya anak kemanakan oleh Marina saudara orang tua anak (Lambung Mangkurat) hanya dengan alas an:

1. Supaya jangan Taparabut Putri Junjung Buih

2. Putri adalah calon pemimpin maka agar tidak menjadi dua rebutan yang nantinya saling bermusuhan.

Kalau alasan begitu tidak adalah jalan lain/ cara lain bagi orang Tua/ Marina dari anak kembar (Sukma Raga dan Patmaraga) sehingga jalan terakhir dibunuh ditenggalamkan ditaluk/ disungai? Kalau begitu:

1. Apakah cermin seorang pemimpin yang dianggap berwibawa punya Budaya (Budi-Daya) menyimpulkan sesuatu kebenaran dengan membunuh apalagi soal percintaan dan yang dibunuh keponakansendiri.

2. Inikah cermin pemimpin orang Banjar kepada generasi muda, karena tokoh Lambung Mangkurat ini seperti diangung-agungkan dan bahkan banyak menjadi simbol/ nama gedung jalan, bahkan nama organisasi.

Kemudian Tragedi Raden Mangkubumi dengan Raden Tamenggung (1519 M) perebutan kekuasaan konon Raden Mangkubumi di Racuni, diam-diam milirnya seorang anak/ pewaris Tahta (Raden Samudera) ke muara Kuin Cerucuk, tamampang (ujung panti) dari sini apakah pemimpin urang Banjar dahulu ingin memegang Tahta, tega meracuni saudara kandungnya inikah Budaya yang diwariskan dan sejak pengeran Suriansyah memerintah 1526, dengan sariat Islam sampai Sultan Adipati Halid Penambahan Sapuh (1666 M) meninggal dunia. Berhenti menduduki Tahta Th. 1660 (karna sakit-sakitan) pada Raja yang ke 8 yaitu Sultan Amirrullah Bagus kasuma Bin Sultan Saidullah (1660-1663 M) awal perebutan Tahta dikerajaan Banjar, anak-anak Raja Bacakut merebut Kekuasaan, dijaman Sultan Sulaiman Bin Sultan Tahmidullah (1801-1825 M). Budaya erta kerajaan wilayah tergadaikan dengan penjajah (Belanda).

Pada Th. 1663 terjadi perebutan kekuasaan antara pangeran Adipati Anum (Pangeran Suryanata dengan Sultan Amirrullah Bagus Kesuma). Pusat pemerintahan dipindahkan oleh Pangeran Suryanata ke sungai Pangeran di Banjarmasin sementara Sultan Amir lari ke Alai Birayang dan diam-diam menyusun kekuatan, sementara Kayu Tangi/ Martapura tetap dipertahankan oleh Pangeran Mangkubumi/ Adipati Halid (1663-1666) Kerajaan Banjar menjadi dua, kurang lebih tahun 1679. Amirrullah B,k, merebut kembali Tahta ditangan Adipati Anum di Banjarmasin. Pangeran Amirrullah memerintah Th. 1680 – 1700 M. dan mempunyai Putra H. Amidullah, Sultan Kuning, Pangeran Tamjiddilah.

Diangkatnya Tamjiddilah Bin Pangeran Abdulrahman muda (saudara Pangeran Hidayat lain ibu) pengangkatan ini bukan dari Pitua Sultan Adam atau diangkat oleh Rakyat. Pangeran Tamjid menjual harga dirinya dengan penjajah demi Ambisi individu, tetapi menyinggung hati Rakyat clan pangeran-pangeran lainnya.

Pada Th. 1860 M. Belanda menerapkan Indischc State Geling dibaginya menjadi tiga wilayah

1. Wilayah kekuasan Belanda

2. Wilayah Bangsa Timur dan Asia yang dilindungi

3. Wilayah Pribumi/ Orang-orang pribumi yang diawasi karena saat ini perang Banjar kian berkorbar dimana-mana orang-orang pribumi banyak dicurigai.

Dalam renungan ini hendaknya janganlah kita jadikan lembaran sejarah saja, tetapi hendaklah dipilah-pilah dan harapan, janganlah kita mencontoh khususnya bagi elit-elit politik maupun Pejabat-pejabat urang Banjar, Budaya Bacakut (berbantah bantahan sehingga menimbulkan permusuhan ) untuk kepentingan ambisi individu.

Pangeran Antasari

Dan Panglima Batur

Sejak Remaja saat Sultan Adam tengah berkuasa sudah tertanam kebencian kepada penjajah yang berongrong hasil bumi dan tambang di Kalsel ini dan bahkan kepada orang yang menjual Martabat diri kepada penjajah untuk mencapainya kepentingan pribadi menguasai Tahta Kerajaan.

Melihat dan mendengar inilah Pangeran Antasari diam-diam menyusun kekuatan, dalam pertemuan-pertemuan kepada penduduknya mengatakan “Kada rela hasil Bumi kita disolongi” jangan walanda dibari muha-haram Negeri kita dijajah. Mari kita susun kekuatan dan supaya kita tidak dijajah.Mari kita susun kekuatan dan jangan Bacakut Papadaan supaya kita kahada di lincai urang.

* Ketika Sultan Tamjidillah Bin Abdurrahman Muda Berkuasa. Pangeran Antasari mengusulkan kepada Tamjidillah agar jangan menduduki Tahta Kerajaan, karena kedudukannya sebagai Sultan sudah melanggar Pitua sultan Adam (Kakek Tamjidillah sendiri) apabila melanggar Pitua yang merupakan amanat maka dia akan berdosa besar dan pasti mendapat kejatuhan (Banjar : Ketulahan) yang kedua bukan diangkat atas musyawarah Sultan-Sultan/Gusti-Gusti serta masyarakat lainnya, yang ketiga Tamjidillah diangkat karena Politik Kepentingan penjajah (Belanda).

* Sementara Kelompok Pangeran Hidayat Pewaris syah Tatah Kerajaan ditekan dan diawasi dan bahkan diancam oleh penjajah, para pendukung Pangeran Hidayat berpencar menyusun kekuatan ada yang ke Kalua dan Amuntai ada ke Baniarmasin ada pula ke Bambangin serta ada yang ikut Pangeran Antasari ke Barito / Montalat.

Pangeran Antasari dapat membaca Gelagat penjajah saat itu, penyelesalan penjajahan ini kecuali berjuang dengan perang Antasari berpitua: siapa nang babaik-baik lawan walanda, kahada aku sapa inya sama orang kafir.

Pada suatu saat pangeran Antasari mengadakan pertemuan dengan penduduknya dan d1hadirl juga oleh Sultan Hidayat. Pangeran Antasari mencetuskan perang terhadap penjajah dan tidak menerima Sultan Tamjidillah sebagai pemegang Kekuasaan.

Dengan pertolongan para pendukungnya penyamaran Pangeran Antasari sampai ke Barito Utara /Montalat disini mereka bermarkas untuk menyusun kekuatan, di Montalat banyak suku Dayak yang mendukung perjuangannya. Seperti Tamenggung Surapati. Tamenggung Silam, Pangeran Batur dan beberapa Damang sepanjang sungai Barito serta Damang-Damang di Bakumpai anaknya yang mash remaja seperti Gusti.M. Seman dan Gusti M. Said, saudara-saudara suku Dayak di Barito mendukung karena punya Pitua bahwa Urang Banjar adalah saudaranya juga, wajib mereka mendukung perjuangan saudaranya tersebut (Pangeran Antasari). Pitua Urang Dayak Lama mengatakan :

Terkutuk (pantang) bakalahi Satamanggungan (lihat tulisan terdahulu/ ingat antara Anyam dan Aju dan Anum serta Abal adalah bersaudara mereka-mereka itulah menjadikan suku Dayak Kaharingan yang ada di Kalteng-Kalsel-Kaltim) sedangkan dari Pangeran Antasari punya Pitua "Haram Manyarah Waja sampai Kaputing" dan secara filosopis "Kalu kada handak Banua dijajah urang jangan bacakut papadaan kita".

a. Haram Kompromi dengan penjajah

b. Waja sampai kaputing :

1. Semangat perjuangan yang ikhlas tak pernah dipengaruhi kebatilan.

2. Persatuan adalah kekuatan mencapai cita-cita akhir yaitu lepas dari belenggu penjajah.

3. Persatuan dan kesatuan dari Hulu sampai Ke Muara

4. Kalau handak baik dan aman, jangan saling sikut basikut urang di Banua.

Dari perjuangan Pangeran Antasari di Barito sampai ke Muara Ujung Panti banyak kapal-kapal Belanda ditenggalamkan/ dibakar serta serdadu-serdadu Belanda yang dibunuh di Sungai Barito. Seperti Tamenggung Surapati dan Panglima Batur menenggelamkan kapal Onrus. Banyak senjata-senjata dirampas oleh Panglima Batur. Konon Panglima Batur ini bertubuh besar, kebal dengan senjata apapun. Belanda di Banjarmasin pusing dan bingung melawan pasukan Panglima Batur ini, tapi dengan saisat umpan dan kedudukan, dari seorang guru Panglima Batur, Belanda mendapat informasi tentang kelemahan Panglima Batur dan dia dapat ditangkap di rumah gurunya tersebut. Panglima Batur di bawa ke Banjarmasin untuk di hukum gantung, eksekusi hukuman dilaksanakan Panglima Batur telah menghembuskan napasnya yang terakhlr Innalillah wainna illahi rojiun. Dari hasil musyawarah Gusti-gusti di Sungai Jingah dan Kampung Melayu serta Mufti H. Djamaludin (Mufti Banjarmasin saat ltu). Panglima Batur dimakamkan di Banjarmasin di Belakang Mesjid lama (JI. Panglima Batur sekarang) dengan pembaca Talakinnya Surgi Mufti H. Djamaluddin Sungai Jingah sendiri, Tabun ±1958 hari Jum'at kurang lebih Tahun ±1956 makam dibongkar/ dipindah ke Alkah Muslim J1. Mesjid Jami sekarang komplek Makam Antasari).

Sedangkan orang-orang priburni di Kalsel yang mendukung perjuangan Pangeran Antasari seperti ; Muhammad Gani bergelar datu Aling bergelar Sultan Kuning bermarkas di Kumbayau Muning bersama-sama anak-anaknya serta Rakyat Muning lainnya, ada lagi seperti Antaluddin di Kandangan, Tamenggung Jalil di Amuntal Ibis Urang Bukit Riam, konon masuk Islam dengan Sultan Adam mengabdi sampai dengan Pangeran Hidayatullah, berwibawanya Ibis diberi wilayah sebagai pembantu Sultan di Riam dan Bukit Biaju dan Karang Intan setelah masuk Islam berganti nama Leman dan diberi gelar Demang sehingga dipanggil Demang Leman.

Dan pada tahun 1859 di bawah komando Pangeran Antasari membumi Hanguskan Tambang Batu Bara Oranye Nassan di Pangaron. Perjuangan-perjuangan ini diteruskan oleh Gusti Muhammad Seman, Panglima Batur, Ratu Zaleha, Panglima Wangkang di Bakumpai dan banyak lagi yang lainnya. Dan perlu diingat Pertentangan bulan Ramadhan 1278 Hijriah Pangeran Antasari dinobatkan Pemegang Kedaulatan Banjar dengan gelar Panembahan Amirruddin Khalifatul Mukminin juga sebagai Pemimpin tertinggi Agama gelar ini didukung oleh kelompok-kelompok Alim-Ulama Para Pejuang serta Rakyat Banjar di Kalsel dan Rakyat di Barito/ Montalat Teweh.

Hapusnya Kerajaan Banjar dan Perjuangan Devesi IV ALRI


· Sementara itu Sultan Tamjiddilah diasingkan ke Batavia dan di bawa ke Bogor.

· Sultan Hidayatullah (sekeluarga) diasingkan ke Cianjur ( 1860 M)

· 11 Juni 1860 M. Kerajaan Banjar dihapuskan oleh Rasiden Dehan Weg dan F. N. Nieuweuhuy zeu

· Sampai pergerakan Politik anti penjajah di Hulu Sungai.

Dan perjuangan, Devisi IV ALRI pimpinan Letkol (Dulu) Haji Hasan Basry Dkk.

Yang dibuang dan yang dipakai :

Dari Lintasan sejarah Perjuangan Pangeran Antasari, kelemahan dan kekalahan Pejuang. Dikarenakan adanya pihak-pihak tcrtentu sengaja mencari keuntungan dinyawa saudaranya sendiri, hasilnya dijual bersamaan menjual Martabat/ harga diri sendiri untuk kepentingan penjajah yang berkuasa.

Sementara semangat perjuangan Pangeran Antasari dan kawan-­kawan tak pernah putus walaupun nyawa taruhannya.

Sekarang di zaman Reformasi ini kita perlu memfilter/ mernflah­milah mana yang baik untuk kepentingan masyarakat banyak, mana yang tidak, dan janganlah mencari keuntungan sendiri dengan merugikan orang banyak.

Tetapi mari kita gali implisit Perjuangan Antasari– Kerukunan–Persaudaraan yang tidak membedakan Etnis (Agama-Suku) untuk kepentingan masa depan anak cucu–penjajah di jaman Reformasi sekarang adalah memerangi kemiskinan dan ketidak stabilan keamanan serta kebohongan di benua ini, di Negara ini, dengan jalan jangan termakan hasutan-hasutan yang memecah kesatuan umat jangan terpancing hal-hal yang kecil yang dapat merugikan Masyarakat kita sendiri ingat kita adalah bersaudara.

Perjalanan Masyarakat Kalsel dari sejak dulu sampai sekarang

1. Keberadaan Suku Yunan Melenium pertama

( di Kaltim-Kalteng-Kalsel-Kalbar-Kalutara).

2. Kedatangan suku Yunan setelah Melenium selanjutnya

3. Zaman nenek moyang (kelompok suku-suku Dayak) dan tersebarnya di Kalimantan/ Kalsel (suku Maanyan dan Aba/ Abal)

4. Zaman Hindu/ Budha pada abad ke VI-XV1 (ke 5 - 16)

5. Zaman masuknya Islam pada abad ke 16-19 (Sultan-sultan Banjar) zaman picis

6. Masa perang Banjar (1859 M) zaman perak

7. Masa pernerintah koloni Belanda zaman perak

8. Zaman pergerakan ( 1905-1945) zaman Benggol/gobang

9. Zaman Jepang (1942-1945) zaman Benggol/gobang

10. .Zaman Kemerdekaan s.d Devisi IV ALRI (1945-1949) zaman duit kertas

11. Masa Bung Karno (1945 - 1965)

12. Masa Orde Baru (1965 - 1977)

13.Masa Reformasi (sekarang) serta Otonomi Daerah.

PENUTUP

Di zaman global ini kita dapat saja menerima Budaya luar dalam pengertian perluasan penjelajahan untuk kedepan, tetapi kita juga harus waspada, jangan hanya meletakkan tekanannya pada kemajuan Budaya,Teknologi semata dengan mengabaikan perkembangan Spritual dalam arti kata sesungguhnya.artinya antara Logical dengan Persepsi harus selaras dan hilostis

Perluasan dan penjajahan Budaya (misal : Tradislorill ke Modernt) yang bersifat Exogenik hanya mengenai sifat luarnya saja yang bersifat ke Moderenan teknologi jika tidak di dukung oleh Endogonik/ inti budaya spritual pada akhirnya sangat Tragis (contoh : Budaya Rusla - Polondia) apalagi perluasan budaya merupakan /di jadikan politik kekuasaan (Nassionalisme Chauvinistik) ini sangat perjalanan kehidupan manusia, mau atau tidak mau lahir sebagai suatu proses Symbiosis mutualis antara berbagai Identitas Budaya yang bersifat local-tetapi jangan terlalu bersandar berbudaya konsepsi stationer Non Logical. Akhirnya saya sebagai manusia bukan ahlinya mohon maaf jika ada kekurangannya karena manusia mempunyai Budaya hilap dan tidak sempurna, dan manusia punya sifat yang serba raa kurang serta tidak puas oleh karena itu sekali lagi:


- Pinang anum berangkap-rangkap?Pinang Muda bertingkat-tingkat

- Pinang tuha berundun-rundun/pinang Tua lebat merinbun

- Wanang anum meminta maaf/dengan orang muda memohon maaf

- Wanang tuha meminta ampun/dengan orang tua memohon ampun.

Wassalam

12-9-2003

Mudjahidin. S/Banjarmasin Kalsel

Keterangan : P1 /Priode (a.Buyut-b.cucu-c.anak-d.orang tua)


BAHAN / SUMBER

1. Beberapa Referensi

2. Agama Kaharingan/ Tjilik Riwut

3. Hikayat Lambung Mangkurat (A. A. Wiro Kasuma/ Kaltim)

4. Reis Van Kotei Naar/ Carl Bock Leiden

5. De Kroniek Van Bandarmasih (A. A. Cerise – Lender)

6. Dongeng-dongeng lama suku Dayak dan basil Dialog Pribadi

7. Het Adat Recht Van Borneo (Dr. J. Mallin kordt-Leidn)

8. Silsilah keturunan Sultan-sultan Banjar

9. Buku sejarah : Pra sejarah – Perkembangan kerajaan di Indonesia

I0.Sejarah Perjuangan Gerliya menegakkan R.I. di Kalsel 1945-1949

11.Beberapa catatan hasil Diskusi Budaya Banjar dan dialog-dialog dengan urang Banjar Perantawan.

12.Sejarah Perjuangan Pangeran Antasari.